namamu, Azza di muka hatiku
yang gembira.
Kamu, aku petik dari pohon Zaitun,
tempat Adam menggendong Hawa.
Kamu, aku peluk antara
cahaya berduyun,
tempat bulan purnama berkaca.
namamu, Azza di mataku
yang mempesona.
Subuh yang menggigil jiwa,
tempat tukar sapa lahir pertama
Sepuluh Agustus, di samping demokrasi cedera, dua ribu
dua puluh empat tahunnya.
[Pada hukum yang pincang kakinya
Pada ekonomi yang melarat
Pada rakyat yang sekarat
Azza, engkau membuka mata!]
September, 2024
Posting Komentar