Pendek kasus adalah pilpres, pilkada merupakan 'dosa' yang terus membayangi mungkin sampai terus ke generasi berikutnya. Adalah bagaimana orang berbondong-bondong 'memperkosa' konstitusi, yang selalu dikenang dan dilaksanakan sebagai aturan. Tapi, nyatanya kecerobohan, keteledoran gampang terjadi.
Bagaimana jika (ada) tokoh agama tidak lagi mempermasalahkan suap-menyuap satu calon capres-cagub, cabup, dsb? Yang justru paling banter setiap pidato para kyai, ulama "jauhi hal yang dilarang Allah, sebab itu adalah neraka bagimu", lalu suap-menyuap? Itu surga? Surga varian mana lagi Pak ustadz?
Keberadaan ulama, kyai di Indonesia kebutuhan bermuara kewajiban sama dengan adanya pejabat kenegaraan; Ulama, kyai sebagai pemandu rohaniah, pejabat pemandu tata badaniah atau negara.
Maksud lain adalah tumbuh kembangnya koruptor di Indonesia, ulama, kyai jangan juga cuci tangan pun buang muka dengan semua ini. Di mana jika (ada) tokoh agama yang kemarin (2024) ikut serta memenangkan satu calon dan kemudian hari ini menjadi koruptor, itu tanggungan Pak ustadz juga sebagai pemandu rohani kawannya, toh?
Sebagai rakyat kecil, saya malu sekali ketika menimbang, merasakan, memperhatikan, bahwa 'dikata' kita sebagai bangsa yang paling besar umat muslimnya, tapi budayanya korupsi. What? Tidak kebanting gimana batin ini melihat Indonesia sekaya ini tapi menjadi lumbung tikus-tikus berjubah!
Masihkah tidak merasa malu para kaum sarung pegang mikropon, lalu membanggakan kalau bangsa Indonesia mayoritas muslim, tapi koruptor? Nah, loh! So what, gitu loh.
Dari membaca fenomena ini, pekerjaan ulama, kyai akhir zaman juga bertambah. Tidak hanya melebur ke dunia politik yang katanya biar ada orang baik masuk sistem, tapi juga datang ke rumah pejabat yang sejawat, yang pernah didukung.
Kemudian dikasih Mauidhah Hasanah tentang korupsi itu adalah perbuatan setan. Ingat, setiap hari. Sebab kalau tidak, budaya korupsi kian santer terjadi. Karena hati manusia bolak-balik. Paham kan, maksud ane?
Jika itu tidak terjadi, hal-hal yang tidak diinginkan oleh rakyat akan menimbulkan kesan tebal bahwa ada ulama, kyai, atau pak ustadz menjadi bagian dari komplotan koruptor. Kendati, akhir-akhir ini di Indonesia korupsi menjadi kegiatan istimewa. Bahkan koruptor di Indonesia sangat dihormati, Wleh, ampuuuuun!
Kapan lagi koruptor pemakan uang rakyat disembah-sembah, dipotong tahanannya, diberikan rumah, anak tujuh turunan tidak akan kelaparan. Itu hanya ada di cerita Indonesia. Angkat topi, bra!
20 Maret 2025
Posting Komentar