Di sudut-sudut kota
kemiskinan menjadi sirene bahaya
Kebodohan menjadi puing-puing bangunan
ditiup angin menuju meja hidangan presiden
disantap lahap sendawa di muka rakyat
yang celaka yang mendera dan sesak
Di tanah tandusnya desa
kelaparan menjadi berita
televisi dan internet menabung sampah
bekas pizza dan ayam panggang si kaya
si miskin di depan kaca makan air liur adanya
untuk besok bisa makan kasbon gaji awal muka
Di perpustakan kampus-kampus
pikiran berlumut warna kesumba
buku-buku tempat sarang laba-laba
bukan rumah pikiran dan membaca
kelas dinding pesakitan nurani yang bermajikan
dosen-dosen bagai arwah yang diagungkan
Di kantor pejabat di sana
sumpah menjadi janji, janji menjadi tusuk gigi
korupsi sebagai kegiatan istimewa
tempat bisa membeli surga dan neraka
di sana kita bisa melihat tempat wisata
dari hewan jelata, kuda sampai anjing
macan ompong dan keledai yang suka kencing
Di pasar yang pengap udara
bau terasi, bau badan, bau kolusi
nepotisme, korupsi menjadi tawar menawar
bagi generasi yang seperti kelelawar
pagi tidur malam berlayar
sukar sekali kita bicara generasi emas
bila setiap lampu merah banyak manusia silver
yang cemas
Di alun-alun kota raya
pertanyaan nyangkut di sana
teka-teki menjadi nasib yang nestapa
juga di monumen kota raya
di sana simpul kehidupan bergeser makna
pada nenek moyang mereka lupa namanya
Indonesiaku jangan dirampas oleh ketakutan
yang diperjual-belikan
Indonesiaku jangan digadai dengan angin surga
yang mengembungkan perut rakyat dengan celaka
Indonesiaku jangan jual dengan harga seikat sawi
darah, keringat, tenaga, pikiran dan Ibu Pertiwi
jangan kira kita keder pada diri sendiri
pada sumpah kami
Indonesiaku kami bangun dari kepingan jiwa
yang hakiki yang kami genggam sampai mati
Sampang, 2 Desember 2024
Posting Komentar